Jumat, 24 Juni 2016

al-Hikamul Luthfiyah 41



Tak Ada Masalah di Hati
Asy-Syaikh Laffaf Khon berkata:
Alloh tidak ada di dalam hati masalah muncul saben hari. Alloh ada di dalam hati masalah tidak melekat di hati.”
قال الشيخ لفاف خن:
"إِنْ لَمْ يَكُنِ اللهُ فِي الْقَلْبِ فَالْمَسْأَلَةُ كَانَتْ كُلَّ يَوْمٍ. وَإِنْ كَانَ فِيْهِ فَهِيَ لَمْ يُذْكَرْ فِي الْقَلْبِ."
Nyatanya Kesombongan
Asy-Syaikh Laffaf Khon berkata:
Orang beragama lalu merasa dirinya orang yang baik. Sungguh kesombongan. Ketika sudah dapat menjalankan perintah agama lalu merasa dirinya sudah benar. Nyata kesombongannya. Tatkala sudah mampu memosisikan dirinya, karena yakin dengan memraktikkan ajaran agama. Lalu, merendahkan orang lain sebab tidak sama dengan dirinya. Atau, sebab tidak sama dengan kelompoknya. Atau, dianggap musuh karena beda simbolnya. Sungguh yang paling mulia di sisi Alloh adalah orang yang paling takut kepadaNYA. Siapa yang mengetahui manusia yang paling takut kepada Alloh. Hanya Alloh sendiri. Agama ini milik Alloh untuk umat manusia. Jangan dibalik, "agamaku, aku yang paling tahu". Inilah rusaknya para ustadz yang seolah sudah menganjurkan agamanya. Padahal, sejatinya tak lebih lisan dari kerongkongan lalu melempar ransel dipunggunya.”
قال الشيخ لفاف خن:
"الْمُتَدَيِّنُ يَشْعُرُ أَنَّهُ خَيْرٌ فَقَدِ اسْتَكْبَرَ. وَإِذَا عَمَلَ أَمَرَ الدِّينِ ثُمَّ يَشْعُرُ صَحِيْحًا فَحَقَّ إِسْتِكْبَارُهُ. وَإِنِ اسْتَطَاعَ أَنْ يُنْزِلَ نَفْسَهُ لِذَالِكَ, ثُمَّ يُذِلُّ الْأَخَرَ لِأَنَّهُ لَا مِثْلُهُ أَوْ مِثْلُ طَائِفَتِهِ أَوْ يُسَمَّى عَدُوَّهُ لِاخْتِلَافِ رَمْزٍ. إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللهِ أَتْقَاكُمْ. مَنْ يَعْرِفُ النَّاسَ أَتْقَى إِلَى اللهِ؟ هُوَ اللهُ فَقَطْ. إِنَّ الدِّيْنَ عِنْدَ اللهِ لِلْإِنْسَانِ. فَلَا تُقَلِّبْ دِيْنِي, فَإِنِّي أَعْلَمُ- فَذَالِكَ فَسْدُ الْأَسَاتِيْذِ الَّتِي كَأَنَّهَا دَعَا دِيْنَهُ. بَلْ إِنَّهَا لَا تَزِيْدُ اللِّسَانَ مِنَ الْحَلْقِ ثُمَّ تَرْمِي جِرَابًا عَلَى ظَهْرِهِ."
Laku Kepatuhan
Asy-Syaikh Laffaf Khon berkata:
Ajarannya bagus. Tapi praktik beragama tidak selalu menjadi trend indahnya ajaran agama itu. Membedakan antara yang satu terhadap yang lain masih menjadi gaya hidup orang-orang yang konon menyebut dirinya beragama. Masihkah ada praktik kasih-sayang karena menjalankan visi misi agama sebagai "cara" Alloh menguji dan menyeleksi para hamba yang dipilih untuk menjalani laku kepatuhan, yang membuahkan akhlak andap-asor lan welas-asih?!
قال الشيخ لفاف خن:
"الْمِلَّةُ خَيْرٌ. لَكِنَّ عَمَلَ الدِّيْنِيِّ لَا دَوَامًا يَصِيْرُ إِتِّجَاهَْ جَمِيْلَتِهِ. وَالتَّفْرِيْقُ بَيْنَ الْأَحَدِ وَالْأَخَرِ عَادَةٌ لِمَنْ يُسَمِّي نَفْسَهُ الْمُتَدَيِّنَ. هَلْ يَكُوْنُ عَمَلُ الرَّحْمَةِ لِفِعْلِ طَيْفٍ وَخَيَالِ الدِّيْنِ بِكَيْفِيَةِ اللهِ بِأَنْ يَبْلُوَ وَيُشَكِّلَ الْعِبَادَ الْمُخْتَارَ لِتَفْعَلَ أَعْمَالَ التُّقَى الَّتِي تُثْمَرُ التَّوَضُّعَ وَالرَّحْمَةَ؟"
Ujian Sudah Menanti
Asy-Syaikh Laffaf Khon berkata:
“Setiap menarik nafas lalu menghembuskan manusia wajib sadar. Jika ujian sudah menanti. Manusia hanya menjalani ujian demi ujian. Hasil akhir kelak pada yaumal mizan. Apabila dari setiap ujian dijadikan pembelajaran sifat. Niscaya manusia dikaruniai rasa takut hanya kepada Alloh. Rasa takut kepadaNYA itulah yang menjadi pokok dari setiap ilmu hikmah.”
قال الشيخ لفاف خن:
"إِذَا اسْتَنْشَقَ وَ اسْتَنْشَرَ النَّاسُ النَّفَسَ يَجِبُ لَهُ أَنْ يُحِسَّ بِأَنَّ الْبَلَايَا قَدِ انْتَظَرَ. وَالنَّاسُ يَمْشِي بِهِ. الْأَخِرُ فِي يَوْمِ الْمِيْزَانِ. إِذَا جُعِلَ كُلُّ الْبَلَايَا تَعْلِيْمَ الصِّفَةِ فَيُرْزَقُ التَّقْوَى إِلَى اللهِ. وَهُوَ أَصْلٌ مِنْ كُلِّ حِكْمَةٍ."
Tiga Wazan
Asy-Syaikh Laffaf Khon berkata:
Niat harus benar, Cara harus benar, dan Dampak juga harus benar. Tiga hal ini menjadi "wazan" sebelum melakukan suatu tindakan personal maupun sosial. Kebenaran terukur dengan qur'an-hadis-hikmah.”
قال الشيخ لفاف خن:
"يَجِبُ لِلنِّيَّةِ وَالْكَيْفِيَّةِ وَالْأَثَرِ صَحِيْحًا. ذَالِكَ وَزَانٌ قَبْلَ أَنْ يَفْعَلَ شَيْئًا شَخْصِيًّا أَوْ مُجْتَمِعًا. وَالصَّحِيْحُ يُحَاسَبُ بِالْقُرْأنِ وَالْأَحَادِيْثِ وَالْحِكْمَةِ."

0 komentar:

Posting Komentar